Senin, 29 Oktober 2012

Berita Duka

Orang bilang masa SMA adalah masa masa paling indah yang gak bakal pernah bisa dilupain. Gue setuju dengan lima kata terakhir. Gak bakal pernah bisa dilupain.
Gue menjalani masa SMA dengan gak begitu normal. Gak begitu normal bukan berarti gak menyenangkan. Gak begitu normal mungkin salah satunya disebabkan oleh ketiadaan penjurusan di kelas gue. Dari awal gue dan temen temen emang dipersiapkan untuk jadi anak IPA, so, gak ada penjurusan, gak ada pengoplosan kelas. Dari awal sampe akhir gue sekelas sama duapuluhtiga anak yang juga sama sama gak normal.
Bersama sama dalam satu kandang dalam waktu yang lama memang gak terlalu baik untuk kesehatan secara psikologis. Tapi kami sebagai anak anak yang ber IQ sangat tinggi mencoba untuk menanamkan pola pikir bahwa duapuluhtiga samadengan satu walaupun pada akhirnya tetep aja terbentuk beberapa kelompok dan satu public enemy. 
Gue sendiri mencoba untuk gak terlibat di kelompok manapun apalagi mencoba jadi public enemy. Gue punya misi sebelum lulusan harus pernah ngerasain duduk sama semua anak di kelas gue. 
Singkat cerita ada satu anak yang belum berhasil gue ajakin duduk sebangku. Anaknya emang susah dideketin bagi beberapa orang termasuk gue. Gue juga heran kenapa. Bahkan si public enemy itupun bisa deket sama gue, kenapa anak itu gak bisa.
Dia laki laki. Bukan tipe laki laki yang gue suka. Dia bukan tipe laki laki yang bakalan suka sama gue. Dia pinter tapi agak sombong. Gaul tapi gak keren. Banyak temen tapi gak mau temenan sama gue. Kadang bikin sensi juga sih kalo lagi dapet. Sebenernya gak terlalu menarik sih buat dipikirin tapi yang bikin gue gak habis pikir itu kita ketemu hampir dua belas jam dalam sehari tapi gak jamin deh ada satu detik dalam sehari buat kami berkomunikasi. Bahkan semenjak lulusan pun kami gak pernah ketemu lagi.
Kami gak akan pernah ketemu lagi. Karena dia udah pergi untuk selama lamanya delapan hari yang lalu.
Berita itu langsung bikin kaki gue lemes, muka gue panas, dan mulut gue komat kamit mendoakan.
Baru kali ini gue rasain sensasi menerima berita duka. Yang gue inget saat itu bukanlah kesensian gue setiap dia lebih memilih ngobrol dengan temen temen gue ketimbang gue atau sikap dia yang tak acuh saat gue mencoba untuk mengingat momen lomba kami bersama, tapi yang gue inget adalah semua sisi baik dia yang bahkan gue gak inget pernah mengalami itu.
Bahkan sampe sekarang gue masih berdoa untuk dia. Semoga Allah menerima semua amal yang dia lakukan di dunia dan mengampuni semua dosa yang telah dia perbuat. Semoga Allah juga memberi ketabahan untuk semua orang yang ditinggalkannya. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my life is hard

entah sejak kapan, gue gak tau, hidup gue jadi susah. mungkin sejak gue memutuskan untuk daftar aksel? atau sejak gue lulus kuliah? atau ...