sekarang lagi jaman jamannya main kode kodean ya.
bukan main konde kondean lhoo. itu mah jaman taun 70an.
kemaren ada yg lagi belajar tata cara membuat kode gitu deeh
gara garanya coba coba ngode eh malah salah sasaran. makanya kalo ngasih kode
itu yg spesifik. ahahaha apalah arti sebuah kode kalo spesifik ya. kalo mau
main spesifik spesifikan mah mendingan langsung bilang ke orangnya hehe..
tapi gue setuju bgt lho dengan metode pengkodean yg
spesifik. misal nih yaa: “wah, ini lg jam jamnya makan martabak coklat keju nih
#KodeUntukKevin”. kenapa gue ngode ke kevin? karena kevin kosannya deket sama
tukang martabak. kasian kan kalo kodenya gak spesifik, ntar yg dateng di vino
yg kosannya di ujungberung atau deket sm tukang martabak yg gak enak.
kali ini gue jg mau main kode kodean aaah..
padahal kepengen nulis vulgar tanpa harus menyensor
tokoh2nya sampe seukuran satu piksel satu wajah ahahaha..
jadi ceritanya gue kerja kecil kecilan di suatu “perusahaan”
jual aparel dgn tema tertentu. saat ini kita lg ada kerjasama dgn salah satu
organisasi yg berkaitan dgn tema tertentu itu. masih belum profesional sih, ya
maklum juga. kerjasama udah terjalin selama dua kloter open order (haha, ngerti
gak), dan ternyata mereka ada wacana untuk menyudahi kerjasama ini, padahal
awalnya kerjasama mau dilakukan sampai 6 kloter kalo gak salah.
wacana itu muncul hanya karena mereka gak bisa memenuhi
kuota order di kloter kedua (jumlah order hanya 50% dari kuota yg sudah
disepakati), padahal di kloter pertama mereka bisa melampaui kuota sampai 25%. padahal
lagi nih yaa, kerjasama yg kita jalin ini sama sekali gak merugikan mereka
dalam hal duit. malahan mereka tetep dapet duit selama masih bisa menjualkan
walaupun kurang dari kuota, hanya saja kekurangan dalam pemenuhan kuota itu
akan dianggap sebagai “hutang” yg harus dibayar di kloter sebelumnya. kasarnya
kalo semakin banyak mereka ngejualin semakin banyak duitnya, apalagi kalo
semakin lama. justru yg rugi itu sebenernya perusahaan gue kalo mereka
ngejualin gak mencapai kuota. pernah terbersit juga sih di pikiran gue utk
berhenti.
yg mereka jadikan alasan kurangnya pesanan di kloter kedua
adalah jumlah desain yang “perusahaan” gue berikan. memang pada kloter pertama
kami memberikan 3 desain, sedangkan kloter kedua tetap 3 desain tapi desain
barunya hanya 2 karena 1 desain merupakan pengulangan salah satu desain di
kloter pertama hanya saja berbeda warna. alasannya cukup logis tetapi tidak
sepenuhnya bisa diterima karena menurut perhitungan matematis jika di kloter
pertama mereka mencapai penjualan 125% dengan 3 desain, maka penjualan mereka
di kloter kedua yg notabene memiliki 2 desain baru akan sama dengan 83%
bukannya 50%.
menurut gue keputusan mereka itu kurang bijak karena
sebenarnya tidak ada yg mereka pertaruhkan dalam kerjasama ini. mereka tetap
dapat duit berapapun penjualannya. dan kalaupun mereka tetap mau “putus” jangan
berikan alasan semacam itu karena akan menunjukkan betapa dangkalnya dia,
menyalahkan pihak lain atas kesalahan yg dibuat sendiri. walaupun memang
kesalahan bukan hanya berada di pihak dia dalam hal ini. dalam kerjasama ini “perusahaan”
gue yg bertindak sebagai produsen harus dapat membaca permintaan pasar, tapi di
sisi lain organisasi dia yg merupakan marketer harus berusaha keras agar produk
si produsen bisa laku. intinya saling berusaha lah. toh “perusahaan” gue jika
ditantang demikian pada dasarnya tetap akan menyanggupi, karena kami ingin
berusaha utk lebih baik.
tapi pada akhirnya kalau dia ingin “putus”, kami pun dengan
sukarela akan mengiyakan.
mungkin karena selama ini mereka lebih banyak menuntut
daripada berusaha utk lebih baik.
intinya, inilah sekelumit pengalaman gue dalam jalan menuju pekerjaan yg sesungguhnya. pasti banyak akan ditemui orang orang macam itu, yg lebih banyak menuntut daripada berusaha utk lebih baik, yg sukanya nyalahin orang lain.
nanti saat gue udah jadi dewasa, saat gue udh bekerja yg sesungguhnya, gue harus inget untuk gak jadi manusia macam itu. begitu juga dgn kalian semua, karena itu bukanlah sikap yg harusnya dimiliki oleh org dewasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar